PEMASARAN PARIWISATA
Pemasaran pariwisata jauh lebih
kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasrkan produk perusahaan
manufaktur,yang umumnya berbentuk atau berwujud. Manajemen Pemasaran
pariwisata itu sendiri, memiliki sifat ,karakter dan tantangan yang
berbeda dari yang lain.
Setiap negara di dunia berkompetensi untuk
merebut pangsa pasar wisatawab mancanegara, termasuk negara kita. Dengan
mengkibarkan semangat “VISIT INDONESIA 2010 YEARS”. Hampir semua media
komunikasi digunakan bangsa Indonesia untuk mempromosikan pariwisata
Indonesia.
Masalah pemasaran pariwisata, bukan sebuah tantangan
yang ringan, karena para penikmat wisata akan dengan mudah untuk
melupakan Indonesia, jika Indonesia tidak memberikan high quality value
bagi konsumennya. Kita sadar, sektor pariwisata memberikan lapangan
pekerjaan serta sumbangan devisa yang besar. Oleh karena itu, manajemen
pemasaran pariwisata sangat diperlukan,agar citra Indonesia tetap
melekat di hati wisatawan.
PENDAHULUAN
Potensi
keindahan alam Indonesia tidak dapat diragukan lagi keberadaannya.
Indonesia yang terletak di daerah jamrud khatulistiwa selalu menyimpan
keindahan dan keasrian alam. Secara tidak sengaja potensi pariwisata
telah menjadi anugrah yang terindah. Tetapi ,Pariwisata itu hanya
dikenal sebagian wisatawan mancanegara. Itu terjadi karena Indonesia
masih terbelenggu dengan konsep penjualan. Maka dari itu jelas,Indonesia
masih harus memperbaiki system manajemen pemasaran pariwisata.
Dari
latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu masalah, Seberapa
efektif dan efisienkah manajemen pemasaran pariwisata Indonesia?
Adapun
tujuan utama penulisan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh manajemen pemasaran terhadap pariwisata Indonesia. Metodologi
artikel ini adalah studi pustaka.
Manajemen pemasaran pariwisata
artinya system planning,organizing,actuating dan controlling terhadap
pemberian nilai-nilai kepada wisatawan atas produk atau jasa pariwisata
agar tercapainya kepuasan optimal wisatawan
POTENSI PARIWISATA
Indonesia
yang beriklim iklim tropis menyimpan potensi pariwisata yang indah.
Hampir setiap provinsi kita memiliki keunikan pariwisata tersendiri.
Bentuk pariwisata kita adalah: pariwisata bahari, pariwisata museum,
pariwisata pantai, pariwisata budaya dan lain- lain. Kita memiliki Pulau
Bali yang sangat terkenal, Danau Toba di Medan, Taman Laut Bunaken di
Sulawesi, Kebun Raya Bogor, Candi Borubudor, Pantai Pangandaran dan
masih banyak lagi.
Tapi sayangnya potensi wisata kita belum
ditanggani secara cermat, sehingga tidak semua objek wisata dikenal
wisatawan.Kebanyakan wisatawan mancanegara hanya mengenal PULAU BALI,
tapi mereka tidak tahu bahwa bali ada di Indonesia.Ini merupakan tugas
besar bagi kita semua untuk memasarkan pariwisata kita.
Data BPS
menunjukan, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia
sepanjang Oktober 2009 mencapai 547,2 ribu orang atau naik 3,36 persen
dibandingkan posisi tahun 2008 sebanyak 529,4 ribu orang.
Kunjungan
terbesar pelancong asing tersebut sepanjang 10 bulan pertama 2009
sebagian besar tiba melalui Bandara Ngurah Rai, Bali, sebanyak 1.978.593
orang atau naik 14,23 persen. Sementara kunjungan Wisman melalui
Bandara Soekarno-Hatta mengalami penurunan sebesar 5,46 % menjadi
1.132.158orang.
DAYA SAING PARIWISATA INDONESIA
Bila kita
tiba-tiba ditanya : apa sesungguhnya kekuatan atau daya tarik pariwisata
Indonesia yang membedakannya dengan negara lain, sehingga layak dijual ?
Pada umumnya akan menjawab keindahan alamnya. Untuk yang jarang
melakukan perjalanan wisata ke mancanegara maka jawaban tersebut mungkin
benar karena memang tidak pernah melihat alam lain.
Bahkan di
kawasan ASEAN saja pengelolaan pariwisata kita masih ketinggalan
dibandingkan dengan Thailand atau Kamboja dengan Angkor Wat nya.
Kesemuanya ini perlu dikemukakan agar tidak timbul arogansi yang sempit
bahwa Indonesia adalah segalanya, terindah di dunia, cepat berpuas diri;
sehingga dikiranya setiap warga dunia mendambakan untuk dapat
berkunjung ke Indonesia dengan cara menabung atau cara lainnya.
Sesungguhnya
keindahan alam ataupun peninggalan budaya secara fisik tidak lebih dari
seonggokan gunung atau candi ataupun benda/bangunan lainnya, ataupun
pantai yang indah yang juga dimiliki oleh berbagai negara yang lokasinya
berdekatan dengan lumbung turis internasional. Karena tanpa adanya
komunitas disekitar monumen, gunung atau pantai maka obyek wisata
tersebut tidak lebih dari benda mati, tidak ada roh kehidupan dan bahkan
tidak berarti apa-apa bagi pengunjung.
Oleh karena itu haruslah
disadari bahwa kekuatan pariwisata Indonesia adalah terletak pada
manusianya. Manusia yang hangat, ramah tamah, murah senyum dan gemar
menolong tamunya, sehingga membuat “kangen” untuk kembali lagi. Karena
sudah menemu kenali bahwa kekuatan pariwisata kita adalah manusia maka
berbagai langkah penggarapan harus difokuskan kepada manusia sebagai
pengelola.
Selain itu hendaklah disadari bahwa sektor pariwisata
adalah penyedia kesempatan kerja yang sangat dominan yakni 10 % dari
lapangan kerja di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja langsung 7,3 juta
dan yang tidak langsung 5 juta orang. Sehingga bila terjadi
permasalahan yang menghambat kemajuan pariwisata pasti akan membawa
dampak yang negatif terhadap ketersediaan lapangan kerja. Oleh karena
itu berbagai strategi pun harus diarahkan ke sasaran penciptaan lapangan
kerja atau paling tidak memelihara jumlah tenaga kerja yang ada
sekarang.
KEGAGALAN PARIWISATA INDONESIA
Indonesia telah
berusaha untuk mengenalkan pariwisata Indonesia dengan tema “visit
Indonesia 2010. Tapi ,kenyataannya, belum sesuai yang diharapkan.
Indonesia kalah saing dengan negeri jiran, dengan moto “malaysia truly
asia. Apa penyebabnya? Tentu pemasaran serta bauran pemasarannya.
Jaminan
keamanan juga menjadi faktor utama, meskipun tidak ada satu pun negara
di dunia yang menjamin bahwa wisman nya akan aman ketika tinggal di
negaranya. Pada tahun 2009, pasca ledakan Bom di hotel J.W marriot dan
aktivitas gempa sangat mempengaruhi pariwisata.Yang mereka perlukan
adalah “ signal ” bahwa Indonesia bersungguh-sungguh menjaga keamanan.
Pemerintah
dan pelaku pariwisata sepakat untuk lebih fokus memasarkan Indonesia
dengan prioritas ke negara jiran ( short-haul ) dan rejional ( medium
haul ). Disamping 70% wisman Indonesia memang berasal dari segmen pasar
ini, terdapat pula kecenderungan akan makin sedikit manusia yang
berpergian terlalu jauh dari tempat tinggalnya hanya untuk berwisata.
Terlalu banyak resiko terutama yang terkait dengan keamanan dan
kenyamanan serta efisiensi karena pariwisata saat ini berhadapan dengan “
time poor – money rich people ” (punya harta tetapi miskin waktu).
Menempati
kedudukan ke-81 di antara 133 negara di dunia, Indonesia berada di
posisi ke-15 dari 25 negara di kawasan Asia Pasifik dan ke-5 di antara 8
negara ASEAN (yang ikut dinilai).Dalam hal kekuatannya, Indonesia
menempati kedudukan ke-28 dalam hal kekayaan alamnya, karena dukungan
beberapa obyek wisata Warisan Dunia serta kekayaan faunanya yang dinilai
melalui spesies yang terkenal sebagai miliknya.
SISTEM MANAJEMEN PARIWISATA INDONESIA
Pemasaran
pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasarkan
produk perusahaan manufaktur yang umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh
karena itu sebelum memasarkan pariwisata, seorang penjual haruslah
memahami dan mengerti benar sifat dan karakter produk yang akan
ditawarkan kepada pembeli (wisatawan). Dalam pariwisata transaksi
penjualan tidak mengakibatkan pemindahan hak milik,proses produksi dan
konsumsi jatuh pada saat bersamaan.
Travel Motivation are
Heterogeneous. Tiap orang melakukan perjalanan wisata dengan motivasi
yang berbeda-beda. Motivasi itu ada yang rasional dan ada pula yang
tidak rasional. Seseorang mungkin ikut tour untuk menyaingi
tetangganya yang baru saja kembali Umroh (tidak rasional), sedang orang
lainnya ikut tour karena ingin menyaksikan EURO di NegeriBelanda.
Dari sisi industri harus pula dilakukan restrukturisasi
industri mirip yang dilakukan oleh industri perbankan yang
mempersyaratkan minimal modal setor, mengingat kondisi struktur
permodalan industri pariwisata Indonesia sangat lemah, bila kita ambil
contoh kelompok biro perjalanan wisata (BPW) yang seharusnya dijadikan
prioritas pembenahan. Karena ujung tombak kegiatan pariwisata
sesungguhnya ada pada biro perjalanan wisata (BPW) yang mempunyai fungsi
mengemas paket-paket wisata untuk ditawarkan kepada konsumen baik di
dalam maupun di luar negeri, sehingga setiap BPW benar-benar mempunyai
kemampuan sebagai DMC ( destination management corporation ) tidak hanya
sekedar berfungsi sebagai agen penjualan tiket seperti yang terjadi
saat ini.
Dengan adanya DMC maka setiap perjalanan akan menjadi
lebih efisien, berkualitas dan dapat dibuatkan standar harga yang
ditaati oleh pihak-pihak terkait dan persaingan hanya boleh dilakukan di
segi pelayanan saja. Hal ini yang tidak pernah terpikirkan oleh
pemerintah Indonesia sehingga walaupun secara formal mereka bernaung
dalam satu asosiasi tapi perselisihan bahkan upaya saling mematikan
sering terjadi. Kelemahan BPW lainnya adalah lemahnya permodalan
sebagian besar perusahaan tersebut dan tidak memiliki akses kepada
sumber pendanaan (bank). Sehingga dalam negosiasi dengan mitra kerja
asing, BPW Indonesia akan selalu berada di pihak yang lemah dan tidak
dapat menentukan, tetapi selalu ditentukan.
Kondisi ini sebenarnya
dapat dimaklumi karena lebih dari 90 % BPW tergolong UKM dengan
permodalan yang lemah. Mereka umumnya berasal dari para pemandu wisata
yang ingin mandiri dengan mendirikan BPW lepas dari induk asalnya.
Sehingga otomatis kemampuan manajerial terbatas dan visi bisnis pun akan
terbatas pula. Untuk menyiapkan Indonesia dimasa depan maka harus ada
keberanian untuk melakukan restrukturisasi BPW dengan menetapkan
permodalan minimal ataupun merger sehingga BPW dapat lebih kuat posisi
tawarnya ( bargaining position). Dan pada lima tahun mendatang
diharapkan Indonesia sudah memiliki BPW yang kuat, dan profesional
sehingga memiliki kemampuan penetrasi ke pasar mancanegara. Demikian
pula dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) pemandu wisata pun harus
dapat ditingkatkan dengan melakukan pengketatan pemberian linsensi
sebagai pemandu wisata yang selalu di perbaharui pada periode tertentu
untuk meningkatkan standar kualitas kemampuannya.
Dalam hal ini
Indonesia dapat mencontoh dan belajar dari Malaysia dan Thailand dalam
menyiapkan tenaga terampil dibidang ini. Selain itu penguasaan di bidang
teknologi informasi pun harus lebih ditingkatkan mengingat bahwa kita
berhadapan dengan computer literate generation , sehingga if you are not
online- you are not on sale .